Teologi
Teologi (bahasa
Yunani , theos, "Allah, Tuhan", logia, "kata-kata,"
"ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan
nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah, "Teologi dan
agama-agama lain diluar agama Kristen"). Dengan demikian, teologi adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan
analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan
mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi dapat
dipelajari sekadar untuk menolong sang teolog untuk lebih memahami tradisi
keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, atau untuk menolong
membuat perbandingan antaraberbagai tradisi atau dengan maksud untuk
melestarikan atau memperbarui suatu tradisi tertentu, atau untuk menolong
penyebaran suatu tradisi, atau menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi
dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan
lainnya.
Kata 'teologi'
berasal dari bahasa Yunani klasik, tetapi lambat laun memperoleh makna yang
baru ketika kata itu diambil dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para
penulis Kristen. Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai
latar belakang Kristen. Namun demikian, di masa kini istilah ini dapat
digunakan untuk
wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang berbagai agama. Di
lingkungan agama Kristen sendiri disiplin 'teologi' melahirkan banyak sekali
sub-divisinya.
Pada Abad
Pertengahan, teologi merupakan subyek utama di sekolah-sekolah universitas dan
biasa disebut sebagai "The Queen of the Sciences". Dalam hal ini
ilmu filsafat
merupakan dasar yang membantu pemikiran dalam teologi.
Sejarah istilahnya
Albertus Magnus,
santo pelindung para teolog Katolik RomaKata "Teologi" diambil dari
bahasa Yunani Helenis, namun demikian maknanya telah berubah jauh melalui penggunaannya
di dalam pemikiran Kristen di Eropa sepanjang Abad Pertengahan dan Zaman Pencerahan.
Istilah
theologia digunakan dalam literatur Yunani Klasik, dengan makna "wacana
tentang para dewa atau kosmologi" (lihat Lidell dan Scott Greek-English
Lexicon untuk rujukannya).
Aristoteles
membagi filsafat teoretis ke dalam mathematice, phusike dan theologike. Yang
dimaksud dengan theologike oleh Aristoteles kira-kira sepadan
dengan
metafisika, yang bagi Aristoteles mencakup pembahasan mengenai hakikat yang
ilahi. Sejak itu istilah ini telah diambil oleh berbagai tradisi keagamaan
Timur maupun Barat.
Dengan meminjam
dari sumber-sumber Yunani, penulis Latin Varro membedakan tiga bentuk wacana
ini: mitis (menyangkut mitos-mitos tentang para dewata Yunani), rasional
(analisis filosofis mengenai para dewata dan kosmologi) dan sipil (menyangkut ritus
dan tugas-tugas keagamaan di tengah masyarakat). Para
penulis Kristen, yang bekerja dengan kerangka Helenistik, mulai menggunakan
istilah ini untuk menggambarkan studi mereka. Kata ini muncul sekali dalam
beberapa naskah Alkitab, dalam judul Kitab Wahyu: apokalupsis ioannou tou
theologou, "penyataan kepada Yohanes sang theologos". Namun demikian,
kata ini merujuk bukan kepada Yohanes sang "teolog" dalam pengertian bahasa
kita sekarang, melainkan รข€“ dengan menggunakan arti akar kata logos dalam arti
yang sedikit berbeda, dan di sini tidak dimaksudkan sebagai "wacana rasional"
melainkan dalam arti "firman" atau "pesan". Dengan
demikian, sang"theologos" di sini dimaksudkan sebagai orang yang
menyampaikan firman Allah - logoi tou theou.
Teologi adalah
"iman yang mencari pengertian (fides quaerens intellectum)." - Anselmus
dari Canterbury
"Teologi adalah upaya untuk menjelaskan hal-hal yang tidak diketahui dalam
pengertian-pengertian dari mereka yang tidak patut mengetahuinya." - H. L.
Mencken "Teologi yang otentik tidak akan mengizinkan orang terobsesi
dengan dirinya sendiri." - Thomas F. Torrance dalam Reality and Scientific
Theology "Teologi memberitakan bukan hanya apa yang dikatakan oleh
Alkitab, melainkan juga apa maknanya." - J. Kenneth Grider dalam A
Wesleyan-Holiness Theology (Kansas City: Beacon Hill, 1994), hlm. 19. "Saya
tidak membutuhkan orang bodoh yang tidak menyukai musik, karena musik adalah
pemberian Allah. Musik dapat mengusir Iblis dan membuat orang berbahagia, dan
dengan demikian mereka melupakan segala kemarahan, ketidaksetiaan, kesombongan,
dan sejenisnya. Setelah teologi, saya menempatkan musik pada tempat yang
tertinggi dan memberikan kepadanya keagungan yang tertinggi." Martin
Luther, dikutip dalam Martin Marty, Martin Luther, 2004, hlm. 114.
0 komentar:
Posting Komentar