photo Nirwana-Bannerm_zpsfb61fe90.jpg

Senin, April 21, 2014
0

PERADABAN BARAT DALAM KACAMATA ISLAM
(Western Civilisation Though Muslim Eyes)
Oleh : Sayid Mujtab Rukni Musawi Lari

PERADABAN BARAT DALAM KACAMATA ISLAM (1)

Rubrik  ini kami rangkai dari buku yang berjudul peradaban barat lewat pandangan umat Islam (Western Civilisation Through Muslim Eyes) karya Sayid Mujtaba Rukni Musawi Lari.  Perlu kami kemukakan bahwa buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti; bahasa Jerman, Perancis, Jepang, Sepanyol, Arab, Kurdi, Urdu dan Thailand. Kami berharap sajian ini menarik perhatian anda semua.

Penulis buku ini mengambil kata-kata dari Jendral Eisenhower yang menyebutkan: Sebuah generasi yang telah memecahkan atom harus menyembuhkan kehancuran atau kemusnahan kemanusiaan. Timbal balik asli keinginan untuk menjelajah fikiran orang lain, menghargai latarbelakang, memahami pandangan masing-masing merupakan langkah prasyarat pertama untuk mencapai kesalingpengertian.

Kontradiksi hanya akan dapat diatasi atau dikurangi dengan usaha untuk memahami apa yang terdapat dalam pikiran orang lain dan apa yang dituturkan oleh orang itu serta mendalami latar belakang yang menyebabkan orang tersebut berpikir dan berkata seperti itu.

Banyak di antara kita yang tidak memperhatikan atau memperdulikan adat tradisi orang lain dan ide-ide lama. Bagi seorang Afrika, berjalan di belakang orang lain merupakan satu penghinaan. Karena itulah, di Afrika Selatan seorang berkulit hitam akan memilih untuk berjalan di antara dua orang yang sedang berbicara di tengah jalan daripada berjalan di belakang salah satu dari mereka. Seorang berkulit putih yang tidak memahami perkara ini akan merasa tersinggung atas perbuatan tersebut yang dirasakan sebagai perbuatan biadab. Dia mungkin akan mengambil sikap keras terhadap lelaki Afrika tadi sehingga manakala si kulit hitam yang tidak memahami reaksi si kulit  putih tersebut akan merasa kecewa dan terluka atau marah.

Setiap kemajuan dalam penelitian sains tentang sumber kehidupan di planet ini akan membawa kita kembali ke  abad-abad awal pra-peradaban manusia dan akan menemukan semakin banyak  teka teki atau rahasia yang perlu dijelajah atau digali.

Mereka membagi periode pra-peradaban manusia ke dalam empat bagian yaitu pra-palaeolithik, palaeolithik, neolithik, dan era perunggu. Penggunaan bahan-bahan metal pada era perunggu inilah yang kemudian dianggap sebagai masa lahirnya  peradaban manusia. Kehidupan manusia berubah ke aspek yang lebih baik dan memasuki fase baru. Manusia tidak lagi sekadar hewan lapar yang hanya menginginkan makanan. Dari kehidupan yang hanya bertumpu pada pemuasan kebutuhan perut, manusia berpindah kepada kehidupan yang keperluannya muncul dalam bentuk impian dan visi serta kesedaran objektif terhadap dunia di sekitarnya.

Semakin manusia itu menang dalam upayanya menaklukkan alam, semakin tinggilah keinginan dan keperluannya. Berawal dari barbarisme, manusia akhirnya menemukan jalan ke arah peradaban: bebas dari ikatan kejahilan dan kebosanan yang dipaksakan oleh kondisinya, manusia keluar untuk mencari ilmu.

Perkembangan manusia dari tahap hewani disebabkan oleh  faktor spiritual, dan faktor inilah yang membedakannya dari spesies lain yang stagnan atau tidak mengalami perkembangan. Faktor spiritual ini merupakan kualitas internal yang kita sebut sebagai intelektualisme. Intelektualisme adalah fenomena yang paling menakjubkan dalam diri manusia. Ia memberi manusia kemampuan untuk melihat ke depan dan ke belakang, untuk menilai masa lalu dan memperbaikinya, untuk menyedari metode baru dan melakukan inovasi. Setiap kemajuan yang ia raih terekam dalam memori perkembangan rasnya. Setiap ketidaksempurnaan yang dilakukannya akan menimbulkan rasa tidak puas di hatinya dan timbul keinginan untuk memperbaikinya.

Rasa tidak puas dan keinginan untuk memperbaiki inilah  yang menampakkan fenomena dari sesuatu yang tidak teraba, tidak terdefinisikan, dan amat hebat yang dimiliki manusia. Itulah yang disebut sebagai “akal”. Cahaya akal membuat manusia mampu memperhatikan objek dan peristiwa, berfikir mengenainya, belajar dari pengalaman dan menyimpan informasi untuk digunakan pada masa depan di dalam komputer hebat yang dipanggil akal sebagai memori, dimana ia bisa pula membentuk hipotesis baru, visi, percobaan dan kemajuan.

Dua lagi produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam kabut prasejarah zaman purbakala adalah:

1-                 Penemuan RODA untuk transportasi.

Pada mulanya roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat di atas batang pohon. Kemudian, roda disambung dengan kereta, lalu berkembang menjadi mobil seperti saat ini.

2-                   Bahasa

Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada  orang lain. Bahasa bisa diartikan pula sebagai suatu persetujuan bersama untuk menginterpretasi bunyi tertentu. Dengan bahasa, kehidupan sosial dan peradaban pun terlahir.  Ketika tanda-tanda diterima sebagai representasi dari bunyi-bunyi arbitrer yang mewakili ide-ide, masa prasejarah pun beralih ke masa sejarah tertulis.

Data-data tentang masa prasejarah diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa sejarah bermula ketika adanya catatan bertulis untuk dijadikan bahan rujukan. Penciptaan tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner  yang genius. Ia bermula dengan penciptaan properti dan dengan lukisan objek seperti kambing, lembu, wadah, ukuran barang dan sebagainya diikuti dengan indikasi angka, dan kemudian diikuti dengan simbol yang mengindikasikan transaksi-nama dan alamat yang bersangkutan dan seterusnya simbol untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari seperti warna, bentuk dan konsep.

Sebagian bangsa, seperti Cina masih tetap tinggal dengan tahap piktografik, sama seperti Hieroglyphic Mesir kuno. Bangsa-bangsa lain berkembang dengan menganalisa bunyi yang mengandung perkataan dan makna. Inilah yang dapat kita ketahui sepanjang 6 millennium sejarah kemanusiaan.

0 komentar:

Posting Komentar