photo Nirwana-Bannerm_zpsfb61fe90.jpg

Jumat, Januari 11, 2013
0


MEMAHAMI KONFLIK


Konflik, Sebuah Fakta Kehidupan

Konflik adalah sesuatu yang tidak terhindarkan ?  Oleh karena itu hingga sekarang kita dituntut untuk memperhatikan konflik. Kita memerlukan jalan untuk meredam ketakutan terhadap konflik. Bisnis, keluarga dan kontak sosial kita dapat diperluas bila konflik itu dapat dipahami. Maka kita harus mengetahui sejauh mana batasan konflik dan mengidentifikasikan mitos yang umum yang telah membatasi upaya kita untuk mengelolahnya.
Memberikan Nama pada Kawasan
Para pembuat peta zaman dahulu memberikan label untuk kawasan yang belum dikenal sebagai tempat keberadaan para naga. Bagi dunia bisnis sekarang, konflik adalah suatu kawasan yang tidak dikenal. Keamanan psikologis didapat bila kita menamai dan menandai kawasan rasa takut kita. Oleh karena itu, langkah kita yang pertama untuk mengelolah konflik secara efektif adalah menamai atau menandai kawasan – hingga kawasan itu menjadi familiar (diketahui) meski belum dikenal.
Simbol konflik menurut orang Cina itu berasal dari dua kata : yaitu bahaya dan kesempatan. Pemecahan konflik dapat dilakukan, baik dari kawasan negatif maupun positif. Simbol ini memberikan tanda bagi konflik, memindahkannya dari dunia yang tidak dikenal menuju kedunia yang lebih dikenal.
Mitos Tentang Konflik
Mitos muncul bila kita kurang faham atau kurang mengerti. Mitos ini menyebabkan kita berada dalam miskonsepsi atau salah paham dan tidak objektif. Mitos dapat mempengaruhi anda terhadap konflik. Dibawah ini ada lima mitos umum tentang konflik.
Lima mitos yang menjadi penghambat manajemen konflik yang positif :
1.      Adnya konflik merupakan pertanda kelemahan manajer
2.      Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian pada organisasi
3.      kemarahan adalah negatif dan merusak
4.      konflik, jika dibiarkan, akan reda dengan sendirinya
5.      konflik harus dipecahkan.
Mitos 1: Adanya Konflik merupakan pertanda kelemahan manajer. Mitos ini berperan dalam menimbulkan rendahnya rasa bangga terhadap diri sendiri dan rasa aman, dan menarik seorang manajer untuk berada dalam siklus ketakutan sehingga selalu merassa khawatir dan tergesa-gesa. Kenyataannya, konflik tetap ada dan terjadi ! manajer yang efektif dapat mengantisipasi konflik bila memungkinkan, siap menghadapi konflik bila konflik tersebut muncul, dan menikmati ketidakadaannya. Hubungan itu beragam untuk menilai secara efektif mutu seorang manajer dengan ada atau tidak adanya konflik.
Kemampuan anda sebagai seorang manajer yang baik teruji bila anda dalam melakukan manajemen konflik, menanggapi masalah itu “dengan tangan halus dan kepala dingin”. Dalam mengelola konflik, anda tidak membuat penilaian dan tidak dinilai dengan keberadaan konflik.
Anda akan dinilai oleh apa yang anda lakukan dalam mengatasi konflik, tidak dengan keberadaan konflik itu sendir.!     
Mitos 2: Konflik merupakan pertanda rendahnya perhatian pada organisassi. Ini menunjukkan bahwa orang menggunakan waktu dan energinya yang sangat berharga untuk masalah-masalah kecil, dengan demikian konflik menunjukkan perhatian yang sebenarnya.
Konflik dapat membantu mengklarifikasi emosi anda dan dapat dipakai sebagai alat untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dasar yang anda anut.
Mitos 3: Kemarahan adalah negatif dan merusak. Mitos ini mengabaikan kemarahan sebagai suatu emosi, baik itu emosi positif maupun negatif, seperti bentangan emosi manusia yang demikian luas yang kita alami sehari-hari. energi diperlukan untuk memindahkan emosi yang berasal dari mereka yang menaruh cukup perhatian pada suatu objek dan terlibat di dalamnya supaya berada dalam arahan yang positif. Kemarahan hanya suatu pertanda dari bahaya, tapi kemarahan dapat juga mengarahkan untuk tercapainya suatu kepuasan bila dilakukan dengan tepat.
Mitos 4: konflik, jika dibiarkan maka akan reda dengan sendirinya. Mitos ini tidak semianya benar. Anda dapat menghindar dari konflik – ini merupakan strategi bertahan yang sahih, tapi bertahan bukan jalan satu-satunya strategi. Intensitas konflik beragam. Jika konflik itu di-abaikan, dapat meningkat menjadi konflik yang lebih besar.
Mitos 5: Konflik harus dipecahkan. Mitos ini menghambat kreatifitas, menyebabkan manajer menjadi berorientasi solusi. Beberapa konflik paling baik dikelola dengan sabar, sementara yang lainnya menghendaki dengan cara pemecahan. Gerak cepat untuk menyelesaikan konflik dapat membatasi keberhasilan.
Fokus ini berlebihan pada pemecahan masalah dapat menjadi tidak produktif. Pemikiran yang tidak berfokus tunggal, yang kadang-kadang terjadi bila kita merasa yakin bahwa kita harus menemukan solusi, dapat menyebabkan kita kehilangan perspektif. Kegagalan untuk melihat gambar yang besar sementara bertahan dengan masalah yang khusus, dapat menjadi suatu perangkap besar pada waktu terjadi konflik.

MENGIDENTIFIKASIKAN
TAHAP-TAHAP KONFLIK

Gambaran sekilas
Gambaran kantor pemadam kebakaran. Truk-truk yang mengkilat, slang air yang terlipat, mantel anti api, boat (sepatu) dan topi bergantung ditembok. Ditengah ruangan terdapat simbol anjing Dalmatian yang terbuat dari kuningan. Setiap bagian dikantor pemadam kebakaran terawat dan siap untuk digunakan. Dinas PMK selalu siap siaga bila terjadi bahaya kebakaran.
Demikian juga, banyak kalangan bisnis ketika meng-hadapi konflik berupaya mencari peredam. Manajemen konflik yang efektif dikatakan berhasil bila anda mampu mengembangkan dan mengimplementasikan strategi konflik dengan hati-hati.
Diagram dibawah ini menggambarkan tiga tahapan konflik yang berbeda. Konflik yang dibiarkan, akan mem-bahayakan anda, orang-orang dan bisnis anda.

Peristiwa sehari-hari

 
Tiga Tahapan Konflik
tantangan
 
Tahap satu                                         

pertentangan
 
Tahap dua
Tahap tiga
Konflik pada tahap satu tidak begitu mengancam dan paling mudah untuk dikelolah. Bila konflik mengalami eskalasi ketahap dua dan tiga, konflik menjadi lebih sulit untuk dikelola, dan potensinyameningkat menjadi berbahaya. Konflik bergerak antar tahapan, tapi tidak selalu mengikuti pola-pola linier. Dengan adanya sifat-sifat yang tidak tetap daftar karakteristik utama konflik dibawah ini dapat menambah wawasan anda.
Karakteristik Konflik
1.      Dengan meningkatnya konflik, perhatian terhadap konflik itu sendiri juga meningkat.
2.      Keinginan untuk menang meningkat seiring dengan meningkatnya keinginan pribadi. Menyelamatkan muka semakin penting pada tingkat konflik yang lebih tinggi.
3.      Orang yang menyenangkan dapat menjadi berbahaya bagi yang lain seiring dengan meningkatnya konflik.
4.      Strategi manajemen konflik yang bekerja pada tingkat konflik yang rendah, pada konflik tingkat yang lebih tinggi seiring tidak efektif, dan kadang-kadang menjadi tidak ada artinya.
5.      Konflik dapat melampaui dari tahapan yang lazim.
6.      Orang tampaknya menjadi seperti individu yang berbeda selama berada dalam konflik, tapi konflik yang terjadi pada seluruh tingkat organisasi dapat diidentifikasi.
Mencari Solusi
Konflik dan intensitas konflik menentukan strategi yang akan anda gunakan untuk meredamnya. Tiga tahap konflik membutuhkan strategi manajemen yang berbeda :
·         Konflik tahap satu dan konflik yang disertai emosi paling baik diselesaikan dengan strategi pengelolahan yang cermat.
·         Konflik tahap dua memerlukan lebih banyak pelatihan dan keahlian manajemen khusus.
·         Konflik tahap tiga, diperlukan intervensi.
Karakteristik Konflik Tahap Satu
Konflik tahap satu terjadi terus menerus,  biasanya memerlukan sedikit perhatian. Umumnya individu tanpa menyadari menerapkan strategi pengelolaan konflik dengan cermat. Keahlian mengelola konflik secara telaten adalah piranti yang canggih untuk menyelesaikan konflik pada tahap ini. Strategi pengelolaan konflik pada tahap ini bersifat  cermat dan penuh kesabaran.
Bersikap lunak dan mau membantu adalah lebih baik dari pada menghindar, dimana individu “mengalah” kepada yang lain. Bersikap lunak dan mau membantu, termasuk keinginan untuk merasa “cocok” dan memiliki. Konflik pada tahap satu ini adalah nyata, meskipun intensitasnya rendah. Cara yang paling mudah untuk melihat apakah anda berada dalam konflik tahap satu atau berada pada tingkat yang lebih tinggi adalah dengan mengamati kemampuan partisipan untuk memisahkan orang dari masalah.
Mendengarkan dan berpartisipasi adalah sesuatu yang esensial dan penting pada penyelesaian konflik tahap ini. Seperti manajer yang menyelesaikan konflik, berinsiatif untuk belajar dan bekerja sama dengan menekankan pada tanggung jawab bersama pada tim kerja. Strategi ini menfokuskan pada semua partisipan untuk berada pada arahan umum dan membolehkan setiap orang memberikan konstribusi.
Cara-cara Untuk Menangani Konflik Tahap Satu
1.       Membuat suatu proses yang menguji dari dua sisi. Dapatkah suatu kerangka kerja dibuat sehingga mampu meningkatkan pemahaman satu sama lain?
2.       Bertanyalah jika reaksi itu proporsional dengan keadaan. Apakah kelompok ini membawa sisa emosi dari peristiwa lain ? (Misalnya: Mintalah masing-masing kelompok untuk mempertimbangkan jika peristiwa itu diisolasi atau apakah perasaan tersebut mencerminkan ketidaksetujuan sebelumnya).
3.       Identifikasikan poin-poin kesepakatan dan bekerjalah menurut poin-poin tersebut, kemudian baru mengidentifi-kasikan poin-poin ketidaksepakatan. Apakah mungkin untuk melalui rintangan konflik dengan melihat seluruh gambaran yang ada ?
Karakteristik Konflik Tahap Dua
Konflik diterima sebagai unsur kompetisi pada tahap dua, ditandai dengan “sikap kalah – menang”. Kekalahan tampaknya lebih besar pada tahap ini sebab orang diikat oleh masalah, kepentingan pribadi dan “bagaimana seseorang melihat” menjadi sangat penting. Sikap “anda yang tersembunyi” dapat juga diamati. Pada tahap dua orang menjaga dan mempertahankan kemenangan verbal dan merekam kesalahan dan melihat dari satu sisi. Tingkat komitmen diperlukan untuk bekerja kendati konflik juga meningkat.
Yang penting untuk dicatat bahwa pada konflik tahap dua tidak perlu ditampakkan suasana bermusuhan. Tapi harap waspada! Muncul sikap mutung, sarkasmr dan saling sindir menyindir adalah suatu taktik untuk bertahan (tapi itu merupakan taktik manajemen yang tidak efektif) yang digunakan selama konflik tahap dua. Sikap “menunggu dan melihat” memburuk menjadi sikap “buktikan diri anda sendiri kepada saya” pada konflik tahap dua.
Anda harus memisahkan orang dari maalah sebagai langkah pertama untuk mengelola konflik pada tahap ini. Dibawah ini beberapa gagasan untuk menangani konflik tahap dua.
Cara-cara untuk Menangani Konflik Tahap Dua
1.      Buatlah suasana yang aman. Ciptakan suatu lingkungan dimana setiap orang merasa aman.
·         buatlah suasana informal
·         tetapkan kawasan netral
·         milikilah agenda
·         tetap berada dalam kendali
·         aturlah nada; menjadi ringan dan mudah diatur.
2.      Tegaslah terhadap fakta, tapi lunak terhadap orang. Ambillah penambahan waktu untuk mendapat detail. Klarifikasikan generalisasi. Siapa “mereka” ? apakah “selalu” itu merupakan pernyataan yang akurat pertanyakan apakah setiap fakta tidak ada yang tercecer.
3.      Buatlah pekerjaan resmi sebagai pekerjaan tim, bagilah tanggung jawab sehingga setiap orang mempunyai alternatif untuk dapat menyesuaikan diri. Tekankan akan pentingnya kesamaan tanggung jawab. Jangan membawa beban pada kelompok, yang mana akan membuat kecenderungan manajer berada pada konflik.
4.      Carilah kesepakatan minimal, tapi tidak dianjurkan membuat kompromi. Kompromi secara “tidak langsung” mengorbankan poin yang menjadi harapan. Disamping, secara kreatif mencari kesempatan minimal dengan memfokuskan pada poin yang telah disepakati.
5.      Berikan waktu untuk menarik kelompok yang bersaing menerima kesepakatan tanpa memberikan konsesi atau mengeluarkan tekanan.
6.      Ingat, ini adalah upaya keras dan susah untuk mendudukkan orang yang sedang bersaing untuk berada dalam satu meja. Atau duduk dalam satu lingkaran.
Pada konflik tahap dua, jika diabaikan akan memperdayai kita dan memperbesar masalah. Kelompok yang sedang bertikai melihat dirinya sendiri lebih bijak daripada yang lainnya. Fihak lain digambarkan lebih jahat daripada yang sebenarnya. Jika anda perhatikan komentar-komentar yang muncul terfokus pada pemikiran hitam putih, konflik ini akan meningkat menjadi konflik tahap tiga.

Karakteristik Konflik Tahap Tiga
Konflik tahap tiga, tujuannya mengubah keinginan untuk menang menjadi keinginan untuk mencedrai. Motivasi-nya adalah untuk “menghilangkan” kelompok lain. Konflik telah meningkat; harus ada korban! Perubahan situasi dan pemecahan masalah tidak lagi dapat memuaskan sehingga akhirnya kekonflik tahap tiga. Menghukum yang salah menjadikan hilangnya motivasi.
Pihak dalam & luar diidentifikasikan oleh kelompok lawan seperti orang yang memilih sisi “isu yang menjadi masalah”. Dalam pemikiran individu yang sedang berada dalam konflik tahap tiga, kepentingan pribadi dan “organisasi yang baik” disamakan
Pemimpin yang muncul dari kelompok yang berkonflik bertindak sebagai juru bicara. Prestasi dijadikan argumen dan dibesar-besarkan untuk memperkokoh posisi pada konflik tahap tiga. Hampir semua partisipan sepertinya kehilangan persepektif. Untuk meminimalisir konflik tahap tiga yaitu, mencoba mengobservasi dan mengambil prakarsa membentuk tim yang netral untuk menengahi kelompok yang sedang berkonflik. Biasanya, kelompok yang berlawanan masih memiliki tanggung jawab untuk mencari kesepakatan dan solusi melalui penengahan. Jika konsensus tidak dapat dicapai, maka kelompok-kelompok yang berkonflik disuruh memaparkan kasusnya masing-masing dan tim penengah yang netral mencari celah dan membuat kesimpulan. Masing-masing kelompok harus menerima keputusan tim penengah.
Bila konflik meningkat menjadi tahap tiga, strategi paling baik yang dapat anda gunakan adalah meminimalisa-sikan kerugian dan bersiap-siap untuk memfokuskan pada mereka yang bertikai.
Apa yang anda lakukan untuk mereka yang kalah? Mungkin melakukan penempatan kembali atau mencoba mengeluarkan mereka. Periode meredakan pihak yang kalah juga dapat dilakukan dengan keputusan. Ini penting bagi anda untuk memiliki pegangan yang lengkap dari proses negosiasi/ arbitrase, atau anda tidak mendapat sesuatu yang tersisa untuk dikelola.
Cara untuk Menangani Konflik Tahap Tiga
1.      Detail adalah penting. Campur tangan tim luar harus mau memperhatikan setiap detail. Menyelami dan memperhi-tungkan setiap detail. Menyelami dan memperhitungkan emosi negatif.
2.      Perusahaan/ lembaga harus menyediakan waktu tambahan untuk mewawancarai semua orang yang terlibat dalam konflik.
3.      Alasan dan logika tidak efektif untuk menyadarkan kelompok yang sedang bertikai untuk mengakhiri konflik. Karena setiap orang intensitas konfliknya berada pada taqahap tiga, identifikasikan individu yang kadar konfliknya berada pada tahap yang lebih rendah dan mukailah mengarahkan kembali individu-individu tersebut, berikan sumber alternatif untuk menyalurkan energinya.
4.      jelaskan tujuan perusahaan dan ciptakan suasana yang menumbuhkan rasa dituntun sehingga individu yang terlibat konflik itu akan mundur sebagai pemenang. Manajemen konflik yang baik mendelegasikan tugasnya kepada orang lain dan mengarahkan kembali jika terjebak dalam pertikaian. Menghargai keahlian setiap orang. Ini bukan berati semua individu harus menciptakan konflik.

LANGKAH KONFLIK
KONSTRUKTIF

Gambaran Sekilas
Cerita boneka kayu Pinokio merupakan gambaran yang tepat bagi sifat hubungan antarmanusia. Geppeto, seorang pehat kayu, ingin mendapat anak laki-laki; oleh karena itu ia memahat kayu dan menjadi “boneka kayu laki-laki”. Meskipun Pinokio hanya sebuah boneka kayu, tapi ia dapat membuat keputusan efektif. Pinokio banyak berbuat kekeliruan, dari kekeliruan-kekeliruan yang dilakukannya, hidungnya menjadi semakin bertambah panjang-ia tidak efektif dalam membuat keputusan dalam dunia nyata. Tapi akhirnya Pinokio menjadi pembuat keputusan yang sebenarnya. Dari perjalanan hidup yang panjang dan melelahkan, akhirnya menjadikan dirinya hidup.
Barangkali anda berada dalam lingkungan penuh dengan konflik, anda sendiri sering merasa kewalahan. Seperti Pinokio, kita memerlukan transformasi personal yang membimbing menuju manajemen yang efektif dan pembuat keputusan yang berwibawa dalam menghadapi konflik.
Pembuat keputusan adalah manajemen. Keputusan yang salah atau tergesa-gesa dapat menimbulkan konflik. Jika anda bermaksud membuat keputusan yang paling baik selama terjadi konflik, anda perlu memahami dengan rasio sifat hubungan antarmanusia. Disini ada tujuh prinsip untuk memelihara hubungan yang positif selama terjadi konflik.
1.      Menciptakan Pemenang; Melakukan Voting untuk menentukan pihak yang kalah
Kekuatan hubungan yang positif berasal dari gaya manajemen yang menciptakan pemenang. Voting adalah teknik yang digunakan untuk memutuskan diantara beberapa pilihan, tapi pilihan yang tidak menguntungkan cenderung menggambarkan keinginan individu, terutama pada konflik tingkat yang lebih tinggi. Haruskah voting dilakukan? Ya, tapi anda harus memperhitungkan keputusan yang sedang dibuat dan memperhitungkan konsekwensi pilihan yang dibuat melalui voting.
Voting adalah instrumen yang paling efektif selama intensitas konflik itu rendah karena fokus masalah itu ada pada orang. Tapi voting sering juga dipilih untuk menyelesaikan konflik Tahap Dua dan Tiga, karena pendapat dan perbedaan dari pihak yang berselisih dapat dihitung. Voting yang dilakukan pada konflik Tahap Dua dan Tiga sering memperparah konflik daripada menghasilkan resolusi. Satu pertanyaan yang harus anda jawab, “apakah kita tidak menemukan pilihan lain?”
2. Mengumumkan Penangguhan
Menggunakan penangguhan adalah alat yang berharga. Hubungan adalah lebih penting daripada sebuah keputusan. Roger Fisher, dalam bukunya yang berjudul Getting Together, menyatakan, “Jika kita menginginkan suatu hubungan yang dapat menghadapi perbedaan yang serius, kita telah mengembangkan proses itu sendiri, terbebas dari masalah substantif yang khas”.
Penangguhan dapat dinyatakan untuk mengatasi isu, masalah atau keputusan. Manajer menggunakan waktunya sebagai suatu sumber merumuskan tujuan dengan hati-hati dan bekerja dibelakang layar guna menjamin kemungkinan hasil terbaik. Saran itu dapat digunakan untuk memperkenalkan suatu pnangguhan.
·         “kita punya waktu; marilah kita bertemu dalam kelompok kecil dan mencari alternatif”.
·         “tidak ada keputusanyang isinya melukai peraaan. Disini ada beberapa orang yang membaktikan waktunya untuk kepentingan perusahaan dan mengusulkan gagasan yang bermutu.
·         “Waktu dan energi yang telah kita keluarkan untuk membahas isu yang penting sudah banyak. Kita belum siap membuat keputusan. Sekarang kita membutuhkan tambahan waktu, agar setiap orang dapat memberikan bantuan pemikiran untuk bahan pembuatan keputusan”.
3. Menganjurkan Partisipasi yang Sederajat
tanggung jawab yang dipikul bersama meningkatkan rasa memiliki. Tahap konflik yang lebih tinggi menyebabkan individu menjadi destruktif dan kehilangan wawasan terhadap organisasi dan terpengaruh oleh isu-isu pribadi. Kesempatan untuk berpartisipasi meningkatkan kemungki-nan individu melihat Konflik Tahap Tiga adalah suatu tindakan yang berisiko – menghasilkan kerugian yang besar.
Pernyataan sederhana yang mengingatkan bahwa “kita adalah sebuah tim yang sering dapat meningkatkan rasa memiliki”. Anda dapat juga membagi tanggung jawab kepe-mimpinan dengan harapan anggota tim dalam situasi tertentu berpikir seperti manajer. Minta kepada mereka untuk mem-berikan respons yang kreatif untuk saat-saat tertentu untuk meningkatkan kerja sama. Contoh lain pembagian tanggung jawab termasuk membagi tugas yang sengaja memunculkan penghalang, dan kemudian mengharapkan pimpinan tim untuk menerobos penghalang tersebut dengan memberikan persetujuan yang memerlukan usaha kooperatif.
Thomas Peter dengan penuh semangat mengatakan tentang perlunya gaya manajemen yang berorientasi pada pelayanan diterapkan selama terjadi konflik “Kita harus mengubah secara fundamental falsafah manajemen dari adversarial ke kooperatif”. Peter melanjutkan, “Ini penting untuk menerpkan falsafah kooperatif dalam memecahkan masalah multifungsi dan sistem target bisnis yang menembus beberapa batasan fungsional. Ford dan IBM membuang waktu bertahun-tahun untuk mewujudkan peluang penyempurnaan mutu yang terletakdiluar kelompok kerja yang wajar”.
4. Aktif Mendengarkan
biaya untuk mendapatkan keahlian mendengar sangat kecil. Mereka paling mudah untuk mendengar dan dapat di laksanakan hanya melalui minat belaka. Orang berbicara terus, tidak pernah berhenti dan sedikit yang mau belajar. Semua manajer yang telah melakukan itu berhentilah berbi-cara! Belajarlah mendengar dan memperlihatkan orang lain dengan cara :
1.      Dengarkan, apa yang anda katakan adalah penting, dan saya akan meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang telah anda katakan.
2.      Mendengarkan memberikan akses yang cepat untuk men-dapatkan persepektif  dalam konflik.
3.      mendengarkan memberikan data untuk manajer dalam pembuatan keputusan.
4.      mendengarkan membangun hubungan.
Banyak orang tidak menyukai ketenangan. Manajer efektif tahu menggunakan waktunya unuk mendengarkan, kendati pada saat tertekan, mendengarkan adalah suatu investasi dalam menjalin hubungan. Disini ada beberapa tip yang dapat anda lakukan untuk memecahkan kebekuan yang menghinggapi orang lain :
·         Tatap matanya – perhatikan sorot matanya.
·         Belajarlah untuk membaca isyarat tubuh (body language).
·         Tes diri anda sendiri setelah melakukan kunjungan ke orang lain. Apakah anda mendapatkan informasi lebih banyak daripada yang anda berikan?
5. Memisahkan Fakta dan Opini
Pendapat yang paling baik hanya menunjukkan ke-benaran, dan sering sekali pendapat itu mencerminkan persepsi ketimbang realitas. Jika anda menolak pernyataan kategoris dan menumbuhkan “kebenaran bersyarat”, anda akan menjadi efektif selama berada pada tingkat konflik yang lebih tinggi, sebab isu-isu yang menonjol pada konflik Tahap Dua dan Tiga itu berhubungan dengan persepsi.
Kebenaran bersyarat adalah di terima-nya falsafah bahwa kedudukan yang ditempati oleh setiap orang adalah tepat dan merupakan yang terbaik diperusahaan. Jika anda menggunakan kepemimpinan yang kuat pada poin ini, kon-flik lebih berarti yaitu memisahkan persepektif ketimbang melawan para pendusta,sebuah tugas sulit bagi orang dewasa. Dan menuntut ke-hati-hatian. Pemikiran bersyarat akan membuat individu semakin susah “mendapatkan” kedudu-kan. Suatu keuntungan tambahan bila anda memisahkan fakta dari opini adalah berkembangnya kreativitas.
Kepercayaan bersyarat lebih merupakan sesuatu sikap daripada suatu proses. Manajer yang efektif bersikap mempertanyakan untuk mencari alternatif daripada bertikai.
6. Memisahkan Orang dari Masalah
Ini adalah strategi yang diperlukan untuk mengelola konflik disemua tingkat. Selama konflik mudah untuk melupakan proses yang seharusnya diperaktekkan, padahal kita harus menemukan cara untuk menjamin detail itu diperhatikan dalam menangani disegala tahap konflik.
Mungkin sulit untuk memisahkan orang dari masalah tapi sebagai manajer anda harus bisa . beberapa gagasan yang dapat membantu anda memisahkan orang dari masalah ada dibawah ini:
1.      Berbicara dalam konteks yang lebih spesifik daripada dengan istilah yang bersifat umum.
2.      Ketika menghadapi konflik tahap dua atau tiga, gunakan istilah konkrit dan jawablah dengan fakta.
3.      Beri tahu kelompok yang sedang bersengketa jika mereka tidak memiliki informasi. Ini memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendengar suatu persepektif tanpa harus mempertahankan kawasan mereka, pisahkan mereka dari peristswa untuk sementara waktu.
4.      Ciptakan lingkungan yang aman. “serangan dilawan dengan serangan” muncul pada konflik tahap tinggi. Amankan kemungkinan individu akan bergerak kearah sengketa yang berlarut-larut.
7. Memecah Belah dan MenaklukkaN

0 komentar:

Posting Komentar