Sabtu, 10 Mei 2014
mahbub Djunaidi dan kopi
Pagi hari, Mahbub Djunaidi selalu ‘bersama’ kopi. Tiap pagi, keinginannya memang cuma itu. Mungkin harum kopi dapat memantik imajinasi kepengarannya. Mungkin juga guna menghangatkan bibir, lidah, tenggorokan, dan dadanya. Kalau cuma haus, pastilah dia memilih wedang jarang.
Namun, keinginan Mahbub itu tak selalu mulus terpenuhi. Salah satunya, karena yang suka menyeduh kopinya, kadang-kadang mogok. Siapa penyeduh kopi pengarang novel Dari Hari ke Hari ini? Tak lain istrinya sendiri, Hasni Asjmawi.
Suatu pagi, Hasni malas-malasan. Mahbub paham, istrinya sedang ngambek. Tapi Mahbub paham juga bagaimana caranya istri tetap bikinkan kopi, sekaligus ngambek tetap jalan terus.
Pagi itu Mahbub ada di depan rumah, duduk-duduk sambil baca koran. Tapi tak lama koran itu segera diletakkan di meja, saat Mahbub melihat Ahmad lewat di depan rumah. Mahbub berdiri dan tangannya melambai-lambai:
“Mat, Mat.. Mau ke mane Lo pagi-pagi gini. Duduk-duduk sini dululah,” teriak Mahbub. Ahmad yang tadinya berjalan, segera berbelok dan menghampiri tetangganya itu. Ahmad tentu senang, karena disapa tetangganya yang terkenal itu.
Setelah Ahmad duduk dan ngobrol ngalor ngidul, Mahbub masuk ke dalam, lalu berteriak, “Mah, ada Ahmad, Mah. Tulung bikinkan kopi.”
Hasni tidak bisa menolak. Tamu harus dihormati, salah satunya dengan bikinkan kopi. Tak mungkin pula Hasni cuma meyuguhkan kopi buat tamu. Masa sohibul baitnya melihat dowang?
Tak lama kopi tersaji. Mahbub boleh senyum, “Terima kasih, Mah. Ini Ahmad mau ke pasar, Mah. Gua suruh mampir dulu. Pagi-pagi gini ke pasar, kayak mau nyunatin aja. Ngopi dululah biar seger.” Hasni senyum tipis, lalu masuk tanpa babibu.
Mahbub senyum-senyum. Keinginannya ngopi di pagi hari terlaksana, meski harus minta bantuan Ahmad. Setelah kopi habis, Mahbub ‘mengusir’ Ahmad, “Sono Lo, Mad, katanya mau ke pasar. Gua juga mau ngetik.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar