Jumat, 16 Mei 2014

Lamongan Terapkan Hypnobirthing, Jadi Percontohan Nasional

Cyber Komunis Lamongan- Lamongan: Menjadi bidan di pedalaman pedesaan Lamongan bukan berarti jauh dari
inovasi dan pengetahuan baru. Suhartatik Qomariyatun, Bidan Delima di Dusun
Kalibogo Desa Kaliwates Kecamatan Kembangbahu menerapkan hypnobirthing dan
hypnotheraphy sehingga menjadi percontohan nasional.

Menuju Dusun Kalibogo Desa Kaliwates di Kecamatan Kembangbahu
tidaklah sulit. Berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Lamongan, akses
menuju dusun ini sudah memadai dengan jalan beraspal.
 
Tempat praktek Bidan Suhartatik Qomariyatun sendiri berada
sekitar 2 kilometer di selatan Pasar Kembangbahu. Jika tidak ada sebuah
papan putih penanda bertuliskan Bidan Praktek Mandiri (BPM) Aura Syifa’
dengan logo bidan delima di depan rumahnya yang asri, bagi orang luar
Kembangbahu mungkin tidak akan mengenali tempat praktek tersebut.

Namun bagi masyarakat Kembangbahu, mereka sudah mengenal bidan yang
diangkat menjadi bidan desa sejak 1993 ini sebagai tenaga kesehatan yang
cakap. Karena dia dikenal tidak pernah lelah menambah pengetahuan kesehatan.

Ketekunannya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, membawa lulusan D3
Politeknik Kesehatan Poltekkes  Surabaya ini menjadi percontohan nasional
oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Terutama untuk percontohan nasional bagi
Bidan Delima lain di Indonesia.

Menurut bidan yang dilahirkan di Lamongan pada 10 Maret 1969 silam ini, dia
sudah menjadi Bidan delima sejak tahun 20015. Kemudian di tahun 2010
menjadi fasilitator bagi Bidan Delima.

Di tahun 2010 pula, dia mulai menerapkan ilmu hypnosis dalam kebidanan.
Yakni yang meliputi hypnobirthing (melahirkan tanpa rasa nyeri) dan
hypnotheraphy (untuk pengobatan penyakit).

“Saya lulus sekolah bidan di tahun 1992 dari Pendidikan dan Pelatihan Bidan
(P2B) Rumah Sakit Islam Surabaya dan mulai memberikan pelayanan di Januari
tahun berikutnya. Saya mulai tertarik dengan konsep Bidan Delima untuk
meningkatkan kualitas pelayanan oleh bidan sejak ada tuntutan peningkatan
pelayanan, standard an kualitas yang disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan
Lamongan dan IBI, “ tutur dia.

SelamA menjadi bidan delima, Suhartatik mengatakan ada sejumlah tantangan
yang harus dihadapi karena adanya tuntutan peningkatan saranan dan kualitas
layanan tersebut. Diantaranya dari segi biaya untuk membeli peralatan dan
keharusan untuk memperbanyak wawasan ilmu pengetahuan baru.

Untuk mencukupi peralatan, secara bertahap dia menyisihkan sebagian
penghasilannya. Juga dengan merekrut bidan lainnya untuk menjamin kualitas
layanan dari sisi administrasi.

Sementara dari sisi wawasan ilmu pengetahuan baru, tidak kurang dari 14
kali dia mengikuti berbagai pelatihan dan diklat. Diantaranya mengikuti
pelatihan hypnobirthing dan hypnotheraphy.

“Khusus untuk hypnobirthing dan hypnotheraphy ini saya merampungkan tiga
kali kursus. Yakni basic hypnosis and hypno-birthing, has completed
hypnosis dan hypnotherapy mastery serta advanced hypnosis in obstretic, “
ujarnya.

Untuk program ibu hamil dengan hypnobirthing dan hypnotheraphi ini, dia
membuka kelas setiap dua minggu sekali dengan setiap ibu hamil minimal
mengikuti selama tiga kali di masa kehamilannya.

“Harapannya, ibu hamil pada masa kehamilan dan saat proses persalinan
merasa nyaman dan tenang. Karena pada umumnya ibu hamil muda sering merasa
mual dan muntah serta merasakan nyeri saat proses persalinan, “ katanya
memberi penjelasan.

Wulandari (18) salah satu pasiennya yang melahirkan di BPM Aura Syifa’
menuturkan, waktu melahirkan dia tidak merasakan nyeri. “Saya ikut kelas
hypnobirthing dan hypnotheraphi selama dua kali. Saat melahirkan, tidak
terasa apa-apa dan prosesnya juga cepat. Padahal saat masuk ke sini jam
8.30, saya sudah pembukaan II, “ ujarnya sambil menggendong anaknya yang
baru berusia beberapa hari.

Sulfi (23) ibu hamil lain yang juga mengikuti hypnobirthing dan
hypnotheraphi mengungkapkan, dia merasa lebih tenang selama masa
kehamilannya yang sudah mencapai usia 38 minggu tersebut.

Bidan Delima sendiri adalah program IBI yang sudah dilaksanakan sejak tahun
2001 dengan lebih dari 9.000 anggota di 21 propinsi. Bidan Delima melakukan
standarisasi keahlian, kompetensi, peralatan, sarana dan prasarana serta
manajemen klinik agar sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan RI.

Sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan bidan, terutama pelayanan
kesehatan reproduksi dan keleuarga berencana. Dengan tujuan, mempercepat
penurunan angka kesakitan dan kematian Ibu, Bayi dan Anak.(Is?hms)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar